Di post sebelumnya saya sudah membahas teknik Sablon dan Batik untuk membuat desain kain sendiri. nah kali ini saya ingin cerita tentang teknik ikat celup, lukis, dan cetak.
3. Teknik ikat celup
Teknik ini untuk pertama kalinya saya kenal di sebuah kawasan perajin kain Sasirangan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di kawasan ini banyak penduduk membuat kain khas Banjar dengan mengikat kain sedemikian rupa menggunakan karet. Karet merupakan bahan yang kedap terhadap air sehingga ketika dicelup, kain tidak terkena warna dan tetap berwarna putih seperti warna dasar kain yang dijadikan bahan untuk membuat Sasirangan.
Para perajin bekerja di rumah-rumah. Batik menjadi bisnis keluarga di kawasan Sasirangan. kain-kain tidak hanya dijadikan lembaran kain tetapi juga dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kopiah, dompet, tas, kemeja, kaos, taplak meja, sandal, dan lainnya.
Di Indonesia, selain di Kalsel, teknik ini juga dikenal di daerah Yogyakarta dan Palembang dengan nama Jumputan. Teknik ikat celup merupakan teknik membuat kain motif kain yang banyak dikenal di berbagai negara, seperti di Jepang, teknik ini dikenal dengan nama Shibori dan tie dye di Amerika.
Oh ya, teknik ikat celup ini paling mudah untuk dipelajari. Bahkan anak-anak tingkat Taman Kanak-Kanak bisa mengenal teknik ini. Saya sendiri mengajarkan teknik ini pada anak saya dengan cara mencelup kertas tisu ke berbagai wadah yang telah diisi pewarna makanan. Dengan teknik melipat tisu yang berbeda akan dihasilkan beragam motif jumputan.
4. Teknik Melukis
Teknik ini juga cukup populer dan pernah sangat populer di awal tahun 2000-an. Banyak muncul perajin-perajin lukis kain, baik melukis dengan kuas dan cat tekstil, melukis dengan crayon yang warnanya dilekatkan dengan pemanasan menggunakan setrika, maupun melukis dengan teknik air brush.
Kain lukis ini tidak hanya bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakaian, tapi juga diaplikasikan pada tas, sepatu, sandal, mukena, dan lainnya.
5. Teknik Cetak
Nah, sejak tahun lalu mulai banyak, kan kita lihat instagrammer yang memamerkan kain desain mereka sendiri. ya saat ini membuat kain dengan desain sendiri itu lebih mudah dan instan karena teknik cetak kain sudah masuk ke berbagai kota. Banyak perusahaan bidang jasa percetakan juga menambahkan layanan mencetak di atas media kain.
Kita tinggal bawa saja desain kain yang sudah dibuat, lalu pilih kain, dan tunggu. Taraaaaaa...tak pakai lama, kain yang diinginkan pun sudah jadi. Jangan lupa bayar ke kasir.
Sayangnya teknik ini tidak cukup bagus jika dicetak di atas kain katun. Biasanya perusahaan percetakan sudah menyediakan jenis kain sebagai media cetak. Semua warna bahan harus putih agar warna sesuai dengan yang diinginkan. Jadi kalau menginginkan warna dasar kain itu hijau, merah, biru, ungu, atau lainnya sebaiknya buat warna itu dari desainnya. jadi kita serahkan desain dengan warna penuh. Oh ya harga mencetak kain paling minim berkisar Rp. 80.000/m2.
Nah jadi mau mencoba membuat kain dengan motif sendiri? Silahkan pilih tekniknya. (Yenti Aprianti)
Sunday, August 12, 2018
Membuat Kain dengan Desain Pribadi (1)
Sempet kepikiran pingin bikin desain motif kain sendiri. Tapi sadar diri kalau rasanya pengetahuanku masih jauh untuk menjangkau itu semua. Jadi sambil baca-baca textile desain yang ternyata ribet dan detail banget, saya pun iseng-iseng ngumpulin beberapa motif yang kayaknya lucu buat dijadikan motif kain.
Kebayang sih itu motif harus di mix and match biar bisa menghasilkan motif yang baru. Saat ini baru googling aja, ngumpul-ngumpulin aja yang kira-kira lucu dari mulai polkadot, geometri, culinary, sewing tools, bunga, arsitektur, city, dan lainnya.
Kalau anda sendiri suka motif kain yang seperti apa?
Menemukan draft tulisan ini yang saya buat tahun 2015 lalu membuat saya mengerenyitkan dahi sendiri. Saya ingat betul, ide membuat motif kain sendiri itu muncul karena saya seing melintasi Jl. Suci, Bandung yang dipadati kios jasa pembuatan dan penyablonan kaos. Saya juga senang membeli kain, terutama berbahan katun. Bandung memudahkan saya untuk melayani kesenangan saya dalam hal melihat-lihat dan membeli kain. Kota ini memiliki sentra-sentra penjualan kain, baik kain lama maupun baru dengan berbagai jenis bahan, antara lain kawasan perbelanjaan King, pusat perdagangan kain Cigondewah, pusat denim dan toko kain lama Tamim, dan Pasar Baru. Mengoleksi batik dari berbagai daerah dengan motif-motif khas juga memicu perhatian lebih saya pada kain. Jeleknya saya senang menumpuk kain itu tanpa mengubah wujudnya menjadi berbagai barang kreatif karena seringkali sayang untuk memotongnya.
Beberapa cara pembuatan motif kain yang pernah saya tahu antara lain sablon,ikat celup, batik, melukis, dan cetak.
1. Sablon
Teknik ini saya kenal ketika belajar di kelas Desain Grafis saat kuliah 20 tahun lalu. Sebetulnya sih kami hanya buat stiker. Tapi pengetahuan menyablon yang ternyata mengasikkan itu tetap merupakan hal menyenangkan dalam benak saya. Saya sempat browsing kursus atau pelatihan sablon di Bandung. Saya menemukan sebuah tempat kursus usaha penyablonan. Pada tahun 2015 itu harganya berkisar Rp. 1,5 juta untuk pelatihan kelas reguler selama beberapa hari. Biaya itu meliputi materi pembuatan desain, menyablon dengan berbagai media dan teknik, serta seluk-beluk bisnis penyablonan. Saat itu saya sudah sempat berkomunikasi dengan pemilik usaha kursus tersebut dan saya harus menunggu jumlah peserta memadai. Sayangnya hingga saat ini saya tidak mendapatkan telepon balik.
Bagi yang tertarik mempelajari penyablonan sekarang ini aksesnya semakin mudah karena sudah muncul komunitas-komunitas hobi menyablon di berbagai daerah, antara lain Komunitas Sablon Wonogiri dengan akun instagram sablonwng.co, Komunitas Sablon Jakarta (@Jakartaserigrafia), Komunitas Sablon Jogja, Komunitas Sablon Malang, Komunitas Sablon Banten (@komunitas_sablon_banten), Komunitas Sablon Purwokerto (@purwokertokomunitassablon), Komunitas Sablon Sidoarjo (@komunitassablonsidoarjo), Komunitas Sablon Sulawesi Tengah (@centralcelebes_screenprinters), Komunitas Sablon Ngawi (@ngawiscreenprinting), Komunitas Sablon Kulonprogo (@komunitas_psk), Komunitas Sablon kediri (@komunitassablonkediri), Komunitas Sablon Pasuruan, dan Komunitas Sablon Bogor (@salblonerbogor), dan lainnya.
Wuiiihhh....belajar nyablon jadi makin mudah dan murah tentunya dengan hadirnya komunitas-komunitas ini ya.
2. Batik
Saya mengenal batik setelah bekerja sekitar tahun 2000-an. Pekerjaan saya membuat saya harus berada di beberapa kota. Dari sekian banyak kota itu, beberapa kota memiliki daerah khusus pembuatan batik. Kawasan batik yang saya kenal untuk pertama kalinya adalah kawasan
Paoman, Indramayu. Letaknya tidak jauh dari hotel tempat saya menginap saat itu. Secara tidak sengaja tukang ojek yang saya sewa untuk mengantarsaya ke beberapa daerah di Indramayu untuk kepentingan pekerjaan menceritakan batik khas Indramayu dan berjanji akan mengantarkan saya ke sana untuk melihat-lihat kawasan kampung batik tersebut.
Informasinya sangat menarik sehingga saya memutuskan untuk berkunjung. Jalan-jalan menelusuri gang di sana sendirian, karena Mamang ojeknya betul-betul hanya mengantarkan saya ke depan kawasan perbatikan itu saja tapi tidak menemeni untuk keliling-keliling sehingga saya sempat terbengong-bengong dan celangak-celinguk dulu di awal-awal perjalanan semi petualangan di tempat baru itu. Sepertinya Mamang ojek memang pengemudi profesional yang tidak mencoba mencari peluang sebagai pemandu wisata. Hehehe....Tapi salut sih atas kepekaannya memberi informasi tentang kota tempat tinggalnya pada turis lokal macam saya. Kemampuan memberi informasi ini penting loh karena dengan demikian kita bisa saling belajar tentang budaya dan keragaman masing-masing daerah, serta merasakan betul Bhineka Tunggal Ika itu tidak dapat ditampik dalam kehidupan berbangsa kita. Dan, berbeda itu memang demikian indah.
Keberagaman itu langsung saya tangkap begitu saya disapa oleh seorang ibu muda di sana. Mungkin saya kelihatan betul celangak-celinguknya. Hehehe...walau aslinya sih mudah banget mengenal yang mana orang asing karena kehidupan sebagian besar perkampungan di Indonesia, kan memang guyub dimana setiap orang mengenal warga di sekitarnya dengan baik.
Ibu muda itu ternyata juga perajin batik dan mengajak saya masuk ke rumahnya. Ia juga menceritakan dengan begitu detail kekhasan dari batik Indramayu yang motifnya didominasi binatang dan tumbuhan laut karena mereka memang merupakan masyarakat pesisir yang sangat akrab dengan kehidupan laut.
Saya juga sempat diantar berkeliling kampung batik di sana. Di halaman-halaman rumah tersampir batik-batik setengah jadi, perempuan-perempuan yang sedang mencanting dan mencelup warna. Sebagian besar perempuan yang membatik berusia lanjut. Hanya sedikit saja perempuan mudanya.
Pengalaman dari Indramayu membuat saya jadi lebih tertarik mengenal batik dan ternyata kantor saya tidak begitu jauh dari Museum Tekstil di kawasan Tanahabang, Jakarta. Di museum itu saya makin tahu bahwa batik Jogja memiliki motif berbeda dengan batik Solo, Garut, Tasikmalaya, Cirebon, dan lainnya. Di antara banyak motif itu, saya paling suka motif batik dari Cirebon. Cirebon tidak hanya memiliki motif megamendung yang kesohor itu loh, saat jalan-jalan ke kawasan batik Trusmi saya menemukan ada batik motif guci-guci Cina, motif tentara kerajaan, dan lainnya.
Oh ya untuk mengenal teknik pembatikan dengan lebih dalam, saya juga sempat menyisihkan waktu bekerja saya untuk ikut kursus membatik di Museum Tekstil. Di sana tak hanya membatik, saya juga diperkenalkan pada jenis-jenis tumbuhan yang dapat menghasilkan warna alami yang bisa digunakan sebagai pewarna kain, antara lain kayu nangka penghasil warna kuning muda, kunyit penghasil warna kuning, daun teh menghasilkan warna cokelat, dan daun alpukat untuk warna hijau lumut.
Inti dari pembatikan adalah menggambar motif, menutup motif dengan lilin panas, lalu mencelup warna, melepaskan lilin melalui proses perebusan, menjemur kain yang sudah dibatik, dan merapikan kain.
Nah, sampai di sini dulu ya, tulisan berikutnya akan saya share tentang teknik ikat celup, lukis, dan membuat kain dengan motif dicetak yang lagi ngehits itu. (Yenti Aprianti)
Menemukan draft tulisan ini yang saya buat tahun 2015 lalu membuat saya mengerenyitkan dahi sendiri. Saya ingat betul, ide membuat motif kain sendiri itu muncul karena saya seing melintasi Jl. Suci, Bandung yang dipadati kios jasa pembuatan dan penyablonan kaos. Saya juga senang membeli kain, terutama berbahan katun. Bandung memudahkan saya untuk melayani kesenangan saya dalam hal melihat-lihat dan membeli kain. Kota ini memiliki sentra-sentra penjualan kain, baik kain lama maupun baru dengan berbagai jenis bahan, antara lain kawasan perbelanjaan King, pusat perdagangan kain Cigondewah, pusat denim dan toko kain lama Tamim, dan Pasar Baru. Mengoleksi batik dari berbagai daerah dengan motif-motif khas juga memicu perhatian lebih saya pada kain. Jeleknya saya senang menumpuk kain itu tanpa mengubah wujudnya menjadi berbagai barang kreatif karena seringkali sayang untuk memotongnya.
Beberapa cara pembuatan motif kain yang pernah saya tahu antara lain sablon,ikat celup, batik, melukis, dan cetak.
1. Sablon
Teknik ini saya kenal ketika belajar di kelas Desain Grafis saat kuliah 20 tahun lalu. Sebetulnya sih kami hanya buat stiker. Tapi pengetahuan menyablon yang ternyata mengasikkan itu tetap merupakan hal menyenangkan dalam benak saya. Saya sempat browsing kursus atau pelatihan sablon di Bandung. Saya menemukan sebuah tempat kursus usaha penyablonan. Pada tahun 2015 itu harganya berkisar Rp. 1,5 juta untuk pelatihan kelas reguler selama beberapa hari. Biaya itu meliputi materi pembuatan desain, menyablon dengan berbagai media dan teknik, serta seluk-beluk bisnis penyablonan. Saat itu saya sudah sempat berkomunikasi dengan pemilik usaha kursus tersebut dan saya harus menunggu jumlah peserta memadai. Sayangnya hingga saat ini saya tidak mendapatkan telepon balik.
Bagi yang tertarik mempelajari penyablonan sekarang ini aksesnya semakin mudah karena sudah muncul komunitas-komunitas hobi menyablon di berbagai daerah, antara lain Komunitas Sablon Wonogiri dengan akun instagram sablonwng.co, Komunitas Sablon Jakarta (@Jakartaserigrafia), Komunitas Sablon Jogja, Komunitas Sablon Malang, Komunitas Sablon Banten (@komunitas_sablon_banten), Komunitas Sablon Purwokerto (@purwokertokomunitassablon), Komunitas Sablon Sidoarjo (@komunitassablonsidoarjo), Komunitas Sablon Sulawesi Tengah (@centralcelebes_screenprinters), Komunitas Sablon Ngawi (@ngawiscreenprinting), Komunitas Sablon Kulonprogo (@komunitas_psk), Komunitas Sablon kediri (@komunitassablonkediri), Komunitas Sablon Pasuruan, dan Komunitas Sablon Bogor (@salblonerbogor), dan lainnya.
Wuiiihhh....belajar nyablon jadi makin mudah dan murah tentunya dengan hadirnya komunitas-komunitas ini ya.
2. Batik
Saya mengenal batik setelah bekerja sekitar tahun 2000-an. Pekerjaan saya membuat saya harus berada di beberapa kota. Dari sekian banyak kota itu, beberapa kota memiliki daerah khusus pembuatan batik. Kawasan batik yang saya kenal untuk pertama kalinya adalah kawasan
Paoman, Indramayu. Letaknya tidak jauh dari hotel tempat saya menginap saat itu. Secara tidak sengaja tukang ojek yang saya sewa untuk mengantarsaya ke beberapa daerah di Indramayu untuk kepentingan pekerjaan menceritakan batik khas Indramayu dan berjanji akan mengantarkan saya ke sana untuk melihat-lihat kawasan kampung batik tersebut.
Informasinya sangat menarik sehingga saya memutuskan untuk berkunjung. Jalan-jalan menelusuri gang di sana sendirian, karena Mamang ojeknya betul-betul hanya mengantarkan saya ke depan kawasan perbatikan itu saja tapi tidak menemeni untuk keliling-keliling sehingga saya sempat terbengong-bengong dan celangak-celinguk dulu di awal-awal perjalanan semi petualangan di tempat baru itu. Sepertinya Mamang ojek memang pengemudi profesional yang tidak mencoba mencari peluang sebagai pemandu wisata. Hehehe....Tapi salut sih atas kepekaannya memberi informasi tentang kota tempat tinggalnya pada turis lokal macam saya. Kemampuan memberi informasi ini penting loh karena dengan demikian kita bisa saling belajar tentang budaya dan keragaman masing-masing daerah, serta merasakan betul Bhineka Tunggal Ika itu tidak dapat ditampik dalam kehidupan berbangsa kita. Dan, berbeda itu memang demikian indah.
Keberagaman itu langsung saya tangkap begitu saya disapa oleh seorang ibu muda di sana. Mungkin saya kelihatan betul celangak-celinguknya. Hehehe...walau aslinya sih mudah banget mengenal yang mana orang asing karena kehidupan sebagian besar perkampungan di Indonesia, kan memang guyub dimana setiap orang mengenal warga di sekitarnya dengan baik.
Ibu muda itu ternyata juga perajin batik dan mengajak saya masuk ke rumahnya. Ia juga menceritakan dengan begitu detail kekhasan dari batik Indramayu yang motifnya didominasi binatang dan tumbuhan laut karena mereka memang merupakan masyarakat pesisir yang sangat akrab dengan kehidupan laut.
Saya juga sempat diantar berkeliling kampung batik di sana. Di halaman-halaman rumah tersampir batik-batik setengah jadi, perempuan-perempuan yang sedang mencanting dan mencelup warna. Sebagian besar perempuan yang membatik berusia lanjut. Hanya sedikit saja perempuan mudanya.
Pengalaman dari Indramayu membuat saya jadi lebih tertarik mengenal batik dan ternyata kantor saya tidak begitu jauh dari Museum Tekstil di kawasan Tanahabang, Jakarta. Di museum itu saya makin tahu bahwa batik Jogja memiliki motif berbeda dengan batik Solo, Garut, Tasikmalaya, Cirebon, dan lainnya. Di antara banyak motif itu, saya paling suka motif batik dari Cirebon. Cirebon tidak hanya memiliki motif megamendung yang kesohor itu loh, saat jalan-jalan ke kawasan batik Trusmi saya menemukan ada batik motif guci-guci Cina, motif tentara kerajaan, dan lainnya.
Oh ya untuk mengenal teknik pembatikan dengan lebih dalam, saya juga sempat menyisihkan waktu bekerja saya untuk ikut kursus membatik di Museum Tekstil. Di sana tak hanya membatik, saya juga diperkenalkan pada jenis-jenis tumbuhan yang dapat menghasilkan warna alami yang bisa digunakan sebagai pewarna kain, antara lain kayu nangka penghasil warna kuning muda, kunyit penghasil warna kuning, daun teh menghasilkan warna cokelat, dan daun alpukat untuk warna hijau lumut.
Inti dari pembatikan adalah menggambar motif, menutup motif dengan lilin panas, lalu mencelup warna, melepaskan lilin melalui proses perebusan, menjemur kain yang sudah dibatik, dan merapikan kain.
Nah, sampai di sini dulu ya, tulisan berikutnya akan saya share tentang teknik ikat celup, lukis, dan membuat kain dengan motif dicetak yang lagi ngehits itu. (Yenti Aprianti)
Thursday, March 31, 2016
Memilih Gunting Jahit Berkualitas
Gunting yang berkualitas baik akan mempengaruhi hasil
guntingan. Kain yang digunting dengan gunting yang tumpul bisa rusak dengan
benang-benang terurai. Mood menjahit bisa terjun bebas gara-gara gunting yang
enggak oke ini.
Berikut beberapa tips untuk memilih gunting yang
berkualitas:
1. Sebaiknya pilih gunting yang terbuat dari besi
baja.
2. Tes ketajamannya sebelum membeli. Gunting yang
tajam menghasilkan guntingan yang halus.
3. Agar tetap tajam, gunakan gunting hanya untuk
menggunting kain, tidak untuk bahan lain seperti kertas atau plastic, apalagi
bahan-bahan keras seperti seng.
4. Untuk menggunting bahan, pilih gunting berukuran
15 – 20 cm dengan pegangan melengkung.
Gunting kain (sumber:aliexpress.com) |
5. Untuk memotong atau merapikan benang-benang, pilih clipper atau gunting kecil berujung lancip.
Clipper (sumber: aliexpress.com) |
6. Untuk menyelesaikan tiras jahitan kampuh,
pakailah gunting pinking atau gunting
zig-zag.
Gunting zig-zag (sumber: amazon.com) |
7. Untuk membuat lubang kancing cecara akurat,
gunakan gunting khusus untuk membuat lubang kancing.
gunting lubang kancing (sumber: fouriborgo.com) |
Ternyata gunting jahit itu macam-macam, ya. Jadi pingin melengkapi koleksi gunting jahit deh. Kalau Anda sendiri bagaimana, sudah lengkap belum peralatan jahitnya?
Sumber: Goet Poespo, Panduan Teknik Menjahit, Penerbit Kanisius, 2006.
Tips Memilih Benang
foto: freestockphotos.biz |
Benang merupakan perlengkapan jahit yang penting dalam
kegiatan jahit-menjahit, Enggak ada benang, mau jahitnya gimana, coba? Benang tidak hanya berfungsi untuk menyatukan
potongan-potongan kain pola, tetapi juga memiliki fungsi estetika. Maka jangan
pilih benang yang salah, ya.
Berikut beberapa tips memilih benang.
1. Sesuaikan warna benang dengan warna dasar kain.
Jika ingin membuat kesan kontras antara benang dan kain, pilih warna kontras
yang sesuai. Bisa disesuaikan dengan warna kain yang dikombinasikan atau dengan warna yang ada pada motif kain.
2. Pilih
benang yang kuat dan tidak mudah putus. Jika sudah merasa cocok
dengan sebuah merk benang, selalu ingat
merk tersebut saat berbelanja.
3. Pilih warna benang yang lebih tua dari warna
kain sebab jika telah disetikkan, warna benang akan tampak lebih terang.
4. Untuk keperluan menjelujur (jahit sementara ), pilih
warna benang yang kontras dengan warna kain.
5. Pilih benang sutera untuk menjelujur bahan yang
mudah meninggalkan bekas seperti kain
beludru (velvet).
6. Untuk bahan katun, linen, dan bahan campuran, pergunakan
benang katun mercerized atau yang
telah diproses menggunakan bahan kimiawi sehingga lebih lentur dan berkilau.
7. Untuk bahan sintetik, pilih benang nilon atau
benang katun.
8. Untuk bahan sutra dan wol, pilih benang sutra.
9. Pilih benang bordir untuk keperluan khusus missal
membuat motif di kain polos.
Sumber: Goet Poespo,
Panduan Teknik Menjahit, Penerbit Kanisius, 2006
Tuesday, March 29, 2016
Membuat Frame Foto Mudah dan Cepat
Kemarin main-main ke sebuah mall kecil dan sepi di dekat pusat kota Bandung. Awalnya agak kecewa dengan suasana lengang dengan toko-toko yang tutup di sana-sini. Dari penampakannya, tempat ini lebih tepat di sebut pasar barangkali ya. karena di dalamnya hanya terdiri kios-kios yang saling berhadap-hadapan. Tak jarang nemu pedagang tertidur begitu saja di lantai kiosnya. Mungkin saking sepinya ya.
Tapi setelah muter-muter, ternyata produk-produk yang dijual di sana lucu-lucu. Awalnya nemu toko yang menjual tali-tali sisa potong. Eh, enggak jauh dari sana ada juga yang menjual karton-karton bekas dengan harga murah. Ada juga kertas warna-warni, manik-manik, sejumlah jenis tali, dan keperluan crafting lainnya. Aduh surga banget deh.
Anak saya yang memang seneng gunting-gunting kertas langsung memilih-milih kertas beraneka warna. Saya memilih karton-karton tebal yang harganya cukup murah. Sebuah karton seukuran buku tulis dihargai Rp 1500 - Rp. 2000 tergantung ketebalannya. Sekalian kami juga membeli lem serbaguna karena anakku langsung punya ide untuk membuat frame foto. Baiklah.
Bahan-bahan untuk membuat frame foto. |
Pulang belanja, setelah bebersih dan berisitirahat sejenak, kami pun langsung berprakarya. Ternyata bikin frame foto itu mudah banget. Enggak sampai 30 menit sudah dapat frame foto cantik. Berikut beberapa tahap pembuatan frame foto yang kami lakukan.
1.
Karton tebal disampul dengan kertas warna pilihan anakku, Dia pilih warna ungu dan pink. |
Doodle Art: Si Wajah Bunga
Sejak kecil saya senang corat-coret alias doodling. Kertas kosong apa saja bisa jadi korban. Kadang coretan itu bermakna, tetapi kadang juga tidak.
Beberapa waktu lalu entah kenapa, kangen pingin doodling lagi. Tanpa perencanaan apa-apa, cuma pingin bikin bunga sekaligus wajah perempuan. Dan...jadilah si wajah bunga ini. Perempuan gemuk yang tampak tak bahagia meskipun hidupnya penuh bunga-bunga cantik.
Begitulah hidup bukan? Ada kesenangan dalam kesedihan dan ada kesedihan dalam kesenangan. Kebahagiaan datang bersama kesedihan, dan kesedihan hadir dalam kebahagiaan. Ada kekecewaan dalam kegembiraan dan sebaliknya. Begitupun Si Eneng dalam doodle art karya saya berikut ini.
Thursday, March 24, 2016
Menghias Kamar dengan Kincir Kertas
Duuuh udah lama banget ya nggak ngeblog di sini. Padahal sering banget sama anakku ngoprak-ngoprek segala sesuatu. Cuma, ya itu tadi suka lupa upload. Terlalu sibuk bebenah rumah yang setelah crafting serupa kapal pecah. Hihi....
Oh ya, baru-baru ini suamiku ngajarin anakku bikin kincir angin dari kertas. Tapi gagal karena ga bisa diputar. Anakku yang selalu bersemangat tidak pantang menyerah. Ia terus saja membuat kincir kertas dari pulang sekolah sekitar pukul 11.00 sampai sore.
Enggak cuma mengeluarkan semua kertas warna-warni di kamar buku kami. Tapi juga mengambil sekantung plastik sedotan baru di atas kulkas. "Kan enggak bisa berputar kincirnya, neng," kataku penasaran. "Atuh biarin, bu," katanya cuek. Ih pasti, nih anak punya ide baru di kepalanya.
Setelah sore dia datangi saya yang sedang baca buku Hendrik E Niemeijer berjudul Batavia, Masyarakat Kolonial Abad XVII. "Ibu, lihat. Cantik, kan?" ujar Praba memperlihatkan kincir-kincir angin kertasnya. "Mau aku pasang di dinding kamar," katanya.
Wooow...emang lucu. Kincir-kincir kertas dengan warna-warna permen. Kuberi nama Candymill. Sebelum remah-remah kertas hasil guntingan dibersihkan anakku, aku memintanya mengajariku membuat kincir kertasnya. Ternyata gampang banget.
Sediakan gunting dan kertas bujur sangkar warna warni.
Lalu gunting tiap ujung kertas bujur sangkar. Jangan sampai menggunting titik tengahnya.
Lipat hasil guntingannya sampai ke titik tengah.
Gunting kertas membentuk hati dan siapkan double tape (selotif bolak-balik).
Rekatkan kertas berbentuk hati di tengah/titik pertemuan lipatan.
.
Oh ya, baru-baru ini suamiku ngajarin anakku bikin kincir angin dari kertas. Tapi gagal karena ga bisa diputar. Anakku yang selalu bersemangat tidak pantang menyerah. Ia terus saja membuat kincir kertas dari pulang sekolah sekitar pukul 11.00 sampai sore.
Enggak cuma mengeluarkan semua kertas warna-warni di kamar buku kami. Tapi juga mengambil sekantung plastik sedotan baru di atas kulkas. "Kan enggak bisa berputar kincirnya, neng," kataku penasaran. "Atuh biarin, bu," katanya cuek. Ih pasti, nih anak punya ide baru di kepalanya.
Setelah sore dia datangi saya yang sedang baca buku Hendrik E Niemeijer berjudul Batavia, Masyarakat Kolonial Abad XVII. "Ibu, lihat. Cantik, kan?" ujar Praba memperlihatkan kincir-kincir angin kertasnya. "Mau aku pasang di dinding kamar," katanya.
Wooow...emang lucu. Kincir-kincir kertas dengan warna-warna permen. Kuberi nama Candymill. Sebelum remah-remah kertas hasil guntingan dibersihkan anakku, aku memintanya mengajariku membuat kincir kertasnya. Ternyata gampang banget.
Sediakan gunting dan kertas bujur sangkar warna warni.
Lalu gunting tiap ujung kertas bujur sangkar. Jangan sampai menggunting titik tengahnya.
Lipat hasil guntingannya sampai ke titik tengah.
Gunting kertas membentuk hati dan siapkan double tape (selotif bolak-balik).
Rekatkan kertas berbentuk hati di tengah/titik pertemuan lipatan.
Beri batang (dari sedotan). Jadinya seperti ini....
Tinggal cari deh tempat untuk memajangnya. Happy crafting....
Subscribe to:
Posts (Atom)