Di post sebelumnya saya sudah membahas teknik Sablon dan Batik untuk membuat desain kain sendiri. nah kali ini saya ingin cerita tentang teknik ikat celup, lukis, dan cetak.
3. Teknik ikat celup
Teknik ini untuk pertama kalinya saya kenal di sebuah kawasan perajin kain Sasirangan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di kawasan ini banyak penduduk membuat kain khas Banjar dengan mengikat kain sedemikian rupa menggunakan karet. Karet merupakan bahan yang kedap terhadap air sehingga ketika dicelup, kain tidak terkena warna dan tetap berwarna putih seperti warna dasar kain yang dijadikan bahan untuk membuat Sasirangan.
Para perajin bekerja di rumah-rumah. Batik menjadi bisnis keluarga di kawasan Sasirangan. kain-kain tidak hanya dijadikan lembaran kain tetapi juga dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kopiah, dompet, tas, kemeja, kaos, taplak meja, sandal, dan lainnya.
Di Indonesia, selain di Kalsel, teknik ini juga dikenal di daerah Yogyakarta dan Palembang dengan nama Jumputan. Teknik ikat celup merupakan teknik membuat kain motif kain yang banyak dikenal di berbagai negara, seperti di Jepang, teknik ini dikenal dengan nama Shibori dan tie dye di Amerika.
Oh ya, teknik ikat celup ini paling mudah untuk dipelajari. Bahkan anak-anak tingkat Taman Kanak-Kanak bisa mengenal teknik ini. Saya sendiri mengajarkan teknik ini pada anak saya dengan cara mencelup kertas tisu ke berbagai wadah yang telah diisi pewarna makanan. Dengan teknik melipat tisu yang berbeda akan dihasilkan beragam motif jumputan.
4. Teknik Melukis
Teknik ini juga cukup populer dan pernah sangat populer di awal tahun 2000-an. Banyak muncul perajin-perajin lukis kain, baik melukis dengan kuas dan cat tekstil, melukis dengan crayon yang warnanya dilekatkan dengan pemanasan menggunakan setrika, maupun melukis dengan teknik air brush.
Kain lukis ini tidak hanya bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakaian, tapi juga diaplikasikan pada tas, sepatu, sandal, mukena, dan lainnya.
5. Teknik Cetak
Nah, sejak tahun lalu mulai banyak, kan kita lihat instagrammer yang memamerkan kain desain mereka sendiri. ya saat ini membuat kain dengan desain sendiri itu lebih mudah dan instan karena teknik cetak kain sudah masuk ke berbagai kota. Banyak perusahaan bidang jasa percetakan juga menambahkan layanan mencetak di atas media kain.
Kita tinggal bawa saja desain kain yang sudah dibuat, lalu pilih kain, dan tunggu. Taraaaaaa...tak pakai lama, kain yang diinginkan pun sudah jadi. Jangan lupa bayar ke kasir.
Sayangnya teknik ini tidak cukup bagus jika dicetak di atas kain katun. Biasanya perusahaan percetakan sudah menyediakan jenis kain sebagai media cetak. Semua warna bahan harus putih agar warna sesuai dengan yang diinginkan. Jadi kalau menginginkan warna dasar kain itu hijau, merah, biru, ungu, atau lainnya sebaiknya buat warna itu dari desainnya. jadi kita serahkan desain dengan warna penuh. Oh ya harga mencetak kain paling minim berkisar Rp. 80.000/m2.
Nah jadi mau mencoba membuat kain dengan motif sendiri? Silahkan pilih tekniknya. (Yenti Aprianti)
Sunday, August 12, 2018
Membuat Kain dengan Desain Pribadi (1)
Sempet kepikiran pingin bikin desain motif kain sendiri. Tapi sadar diri kalau rasanya pengetahuanku masih jauh untuk menjangkau itu semua. Jadi sambil baca-baca textile desain yang ternyata ribet dan detail banget, saya pun iseng-iseng ngumpulin beberapa motif yang kayaknya lucu buat dijadikan motif kain.
Kebayang sih itu motif harus di mix and match biar bisa menghasilkan motif yang baru. Saat ini baru googling aja, ngumpul-ngumpulin aja yang kira-kira lucu dari mulai polkadot, geometri, culinary, sewing tools, bunga, arsitektur, city, dan lainnya.
Kalau anda sendiri suka motif kain yang seperti apa?
Menemukan draft tulisan ini yang saya buat tahun 2015 lalu membuat saya mengerenyitkan dahi sendiri. Saya ingat betul, ide membuat motif kain sendiri itu muncul karena saya seing melintasi Jl. Suci, Bandung yang dipadati kios jasa pembuatan dan penyablonan kaos. Saya juga senang membeli kain, terutama berbahan katun. Bandung memudahkan saya untuk melayani kesenangan saya dalam hal melihat-lihat dan membeli kain. Kota ini memiliki sentra-sentra penjualan kain, baik kain lama maupun baru dengan berbagai jenis bahan, antara lain kawasan perbelanjaan King, pusat perdagangan kain Cigondewah, pusat denim dan toko kain lama Tamim, dan Pasar Baru. Mengoleksi batik dari berbagai daerah dengan motif-motif khas juga memicu perhatian lebih saya pada kain. Jeleknya saya senang menumpuk kain itu tanpa mengubah wujudnya menjadi berbagai barang kreatif karena seringkali sayang untuk memotongnya.
Beberapa cara pembuatan motif kain yang pernah saya tahu antara lain sablon,ikat celup, batik, melukis, dan cetak.
1. Sablon
Teknik ini saya kenal ketika belajar di kelas Desain Grafis saat kuliah 20 tahun lalu. Sebetulnya sih kami hanya buat stiker. Tapi pengetahuan menyablon yang ternyata mengasikkan itu tetap merupakan hal menyenangkan dalam benak saya. Saya sempat browsing kursus atau pelatihan sablon di Bandung. Saya menemukan sebuah tempat kursus usaha penyablonan. Pada tahun 2015 itu harganya berkisar Rp. 1,5 juta untuk pelatihan kelas reguler selama beberapa hari. Biaya itu meliputi materi pembuatan desain, menyablon dengan berbagai media dan teknik, serta seluk-beluk bisnis penyablonan. Saat itu saya sudah sempat berkomunikasi dengan pemilik usaha kursus tersebut dan saya harus menunggu jumlah peserta memadai. Sayangnya hingga saat ini saya tidak mendapatkan telepon balik.
Bagi yang tertarik mempelajari penyablonan sekarang ini aksesnya semakin mudah karena sudah muncul komunitas-komunitas hobi menyablon di berbagai daerah, antara lain Komunitas Sablon Wonogiri dengan akun instagram sablonwng.co, Komunitas Sablon Jakarta (@Jakartaserigrafia), Komunitas Sablon Jogja, Komunitas Sablon Malang, Komunitas Sablon Banten (@komunitas_sablon_banten), Komunitas Sablon Purwokerto (@purwokertokomunitassablon), Komunitas Sablon Sidoarjo (@komunitassablonsidoarjo), Komunitas Sablon Sulawesi Tengah (@centralcelebes_screenprinters), Komunitas Sablon Ngawi (@ngawiscreenprinting), Komunitas Sablon Kulonprogo (@komunitas_psk), Komunitas Sablon kediri (@komunitassablonkediri), Komunitas Sablon Pasuruan, dan Komunitas Sablon Bogor (@salblonerbogor), dan lainnya.
Wuiiihhh....belajar nyablon jadi makin mudah dan murah tentunya dengan hadirnya komunitas-komunitas ini ya.
2. Batik
Saya mengenal batik setelah bekerja sekitar tahun 2000-an. Pekerjaan saya membuat saya harus berada di beberapa kota. Dari sekian banyak kota itu, beberapa kota memiliki daerah khusus pembuatan batik. Kawasan batik yang saya kenal untuk pertama kalinya adalah kawasan
Paoman, Indramayu. Letaknya tidak jauh dari hotel tempat saya menginap saat itu. Secara tidak sengaja tukang ojek yang saya sewa untuk mengantarsaya ke beberapa daerah di Indramayu untuk kepentingan pekerjaan menceritakan batik khas Indramayu dan berjanji akan mengantarkan saya ke sana untuk melihat-lihat kawasan kampung batik tersebut.
Informasinya sangat menarik sehingga saya memutuskan untuk berkunjung. Jalan-jalan menelusuri gang di sana sendirian, karena Mamang ojeknya betul-betul hanya mengantarkan saya ke depan kawasan perbatikan itu saja tapi tidak menemeni untuk keliling-keliling sehingga saya sempat terbengong-bengong dan celangak-celinguk dulu di awal-awal perjalanan semi petualangan di tempat baru itu. Sepertinya Mamang ojek memang pengemudi profesional yang tidak mencoba mencari peluang sebagai pemandu wisata. Hehehe....Tapi salut sih atas kepekaannya memberi informasi tentang kota tempat tinggalnya pada turis lokal macam saya. Kemampuan memberi informasi ini penting loh karena dengan demikian kita bisa saling belajar tentang budaya dan keragaman masing-masing daerah, serta merasakan betul Bhineka Tunggal Ika itu tidak dapat ditampik dalam kehidupan berbangsa kita. Dan, berbeda itu memang demikian indah.
Keberagaman itu langsung saya tangkap begitu saya disapa oleh seorang ibu muda di sana. Mungkin saya kelihatan betul celangak-celinguknya. Hehehe...walau aslinya sih mudah banget mengenal yang mana orang asing karena kehidupan sebagian besar perkampungan di Indonesia, kan memang guyub dimana setiap orang mengenal warga di sekitarnya dengan baik.
Ibu muda itu ternyata juga perajin batik dan mengajak saya masuk ke rumahnya. Ia juga menceritakan dengan begitu detail kekhasan dari batik Indramayu yang motifnya didominasi binatang dan tumbuhan laut karena mereka memang merupakan masyarakat pesisir yang sangat akrab dengan kehidupan laut.
Saya juga sempat diantar berkeliling kampung batik di sana. Di halaman-halaman rumah tersampir batik-batik setengah jadi, perempuan-perempuan yang sedang mencanting dan mencelup warna. Sebagian besar perempuan yang membatik berusia lanjut. Hanya sedikit saja perempuan mudanya.
Pengalaman dari Indramayu membuat saya jadi lebih tertarik mengenal batik dan ternyata kantor saya tidak begitu jauh dari Museum Tekstil di kawasan Tanahabang, Jakarta. Di museum itu saya makin tahu bahwa batik Jogja memiliki motif berbeda dengan batik Solo, Garut, Tasikmalaya, Cirebon, dan lainnya. Di antara banyak motif itu, saya paling suka motif batik dari Cirebon. Cirebon tidak hanya memiliki motif megamendung yang kesohor itu loh, saat jalan-jalan ke kawasan batik Trusmi saya menemukan ada batik motif guci-guci Cina, motif tentara kerajaan, dan lainnya.
Oh ya untuk mengenal teknik pembatikan dengan lebih dalam, saya juga sempat menyisihkan waktu bekerja saya untuk ikut kursus membatik di Museum Tekstil. Di sana tak hanya membatik, saya juga diperkenalkan pada jenis-jenis tumbuhan yang dapat menghasilkan warna alami yang bisa digunakan sebagai pewarna kain, antara lain kayu nangka penghasil warna kuning muda, kunyit penghasil warna kuning, daun teh menghasilkan warna cokelat, dan daun alpukat untuk warna hijau lumut.
Inti dari pembatikan adalah menggambar motif, menutup motif dengan lilin panas, lalu mencelup warna, melepaskan lilin melalui proses perebusan, menjemur kain yang sudah dibatik, dan merapikan kain.
Nah, sampai di sini dulu ya, tulisan berikutnya akan saya share tentang teknik ikat celup, lukis, dan membuat kain dengan motif dicetak yang lagi ngehits itu. (Yenti Aprianti)
Menemukan draft tulisan ini yang saya buat tahun 2015 lalu membuat saya mengerenyitkan dahi sendiri. Saya ingat betul, ide membuat motif kain sendiri itu muncul karena saya seing melintasi Jl. Suci, Bandung yang dipadati kios jasa pembuatan dan penyablonan kaos. Saya juga senang membeli kain, terutama berbahan katun. Bandung memudahkan saya untuk melayani kesenangan saya dalam hal melihat-lihat dan membeli kain. Kota ini memiliki sentra-sentra penjualan kain, baik kain lama maupun baru dengan berbagai jenis bahan, antara lain kawasan perbelanjaan King, pusat perdagangan kain Cigondewah, pusat denim dan toko kain lama Tamim, dan Pasar Baru. Mengoleksi batik dari berbagai daerah dengan motif-motif khas juga memicu perhatian lebih saya pada kain. Jeleknya saya senang menumpuk kain itu tanpa mengubah wujudnya menjadi berbagai barang kreatif karena seringkali sayang untuk memotongnya.
Beberapa cara pembuatan motif kain yang pernah saya tahu antara lain sablon,ikat celup, batik, melukis, dan cetak.
1. Sablon
Teknik ini saya kenal ketika belajar di kelas Desain Grafis saat kuliah 20 tahun lalu. Sebetulnya sih kami hanya buat stiker. Tapi pengetahuan menyablon yang ternyata mengasikkan itu tetap merupakan hal menyenangkan dalam benak saya. Saya sempat browsing kursus atau pelatihan sablon di Bandung. Saya menemukan sebuah tempat kursus usaha penyablonan. Pada tahun 2015 itu harganya berkisar Rp. 1,5 juta untuk pelatihan kelas reguler selama beberapa hari. Biaya itu meliputi materi pembuatan desain, menyablon dengan berbagai media dan teknik, serta seluk-beluk bisnis penyablonan. Saat itu saya sudah sempat berkomunikasi dengan pemilik usaha kursus tersebut dan saya harus menunggu jumlah peserta memadai. Sayangnya hingga saat ini saya tidak mendapatkan telepon balik.
Bagi yang tertarik mempelajari penyablonan sekarang ini aksesnya semakin mudah karena sudah muncul komunitas-komunitas hobi menyablon di berbagai daerah, antara lain Komunitas Sablon Wonogiri dengan akun instagram sablonwng.co, Komunitas Sablon Jakarta (@Jakartaserigrafia), Komunitas Sablon Jogja, Komunitas Sablon Malang, Komunitas Sablon Banten (@komunitas_sablon_banten), Komunitas Sablon Purwokerto (@purwokertokomunitassablon), Komunitas Sablon Sidoarjo (@komunitassablonsidoarjo), Komunitas Sablon Sulawesi Tengah (@centralcelebes_screenprinters), Komunitas Sablon Ngawi (@ngawiscreenprinting), Komunitas Sablon Kulonprogo (@komunitas_psk), Komunitas Sablon kediri (@komunitassablonkediri), Komunitas Sablon Pasuruan, dan Komunitas Sablon Bogor (@salblonerbogor), dan lainnya.
Wuiiihhh....belajar nyablon jadi makin mudah dan murah tentunya dengan hadirnya komunitas-komunitas ini ya.
2. Batik
Saya mengenal batik setelah bekerja sekitar tahun 2000-an. Pekerjaan saya membuat saya harus berada di beberapa kota. Dari sekian banyak kota itu, beberapa kota memiliki daerah khusus pembuatan batik. Kawasan batik yang saya kenal untuk pertama kalinya adalah kawasan
Paoman, Indramayu. Letaknya tidak jauh dari hotel tempat saya menginap saat itu. Secara tidak sengaja tukang ojek yang saya sewa untuk mengantarsaya ke beberapa daerah di Indramayu untuk kepentingan pekerjaan menceritakan batik khas Indramayu dan berjanji akan mengantarkan saya ke sana untuk melihat-lihat kawasan kampung batik tersebut.
Informasinya sangat menarik sehingga saya memutuskan untuk berkunjung. Jalan-jalan menelusuri gang di sana sendirian, karena Mamang ojeknya betul-betul hanya mengantarkan saya ke depan kawasan perbatikan itu saja tapi tidak menemeni untuk keliling-keliling sehingga saya sempat terbengong-bengong dan celangak-celinguk dulu di awal-awal perjalanan semi petualangan di tempat baru itu. Sepertinya Mamang ojek memang pengemudi profesional yang tidak mencoba mencari peluang sebagai pemandu wisata. Hehehe....Tapi salut sih atas kepekaannya memberi informasi tentang kota tempat tinggalnya pada turis lokal macam saya. Kemampuan memberi informasi ini penting loh karena dengan demikian kita bisa saling belajar tentang budaya dan keragaman masing-masing daerah, serta merasakan betul Bhineka Tunggal Ika itu tidak dapat ditampik dalam kehidupan berbangsa kita. Dan, berbeda itu memang demikian indah.
Keberagaman itu langsung saya tangkap begitu saya disapa oleh seorang ibu muda di sana. Mungkin saya kelihatan betul celangak-celinguknya. Hehehe...walau aslinya sih mudah banget mengenal yang mana orang asing karena kehidupan sebagian besar perkampungan di Indonesia, kan memang guyub dimana setiap orang mengenal warga di sekitarnya dengan baik.
Ibu muda itu ternyata juga perajin batik dan mengajak saya masuk ke rumahnya. Ia juga menceritakan dengan begitu detail kekhasan dari batik Indramayu yang motifnya didominasi binatang dan tumbuhan laut karena mereka memang merupakan masyarakat pesisir yang sangat akrab dengan kehidupan laut.
Saya juga sempat diantar berkeliling kampung batik di sana. Di halaman-halaman rumah tersampir batik-batik setengah jadi, perempuan-perempuan yang sedang mencanting dan mencelup warna. Sebagian besar perempuan yang membatik berusia lanjut. Hanya sedikit saja perempuan mudanya.
Pengalaman dari Indramayu membuat saya jadi lebih tertarik mengenal batik dan ternyata kantor saya tidak begitu jauh dari Museum Tekstil di kawasan Tanahabang, Jakarta. Di museum itu saya makin tahu bahwa batik Jogja memiliki motif berbeda dengan batik Solo, Garut, Tasikmalaya, Cirebon, dan lainnya. Di antara banyak motif itu, saya paling suka motif batik dari Cirebon. Cirebon tidak hanya memiliki motif megamendung yang kesohor itu loh, saat jalan-jalan ke kawasan batik Trusmi saya menemukan ada batik motif guci-guci Cina, motif tentara kerajaan, dan lainnya.
Oh ya untuk mengenal teknik pembatikan dengan lebih dalam, saya juga sempat menyisihkan waktu bekerja saya untuk ikut kursus membatik di Museum Tekstil. Di sana tak hanya membatik, saya juga diperkenalkan pada jenis-jenis tumbuhan yang dapat menghasilkan warna alami yang bisa digunakan sebagai pewarna kain, antara lain kayu nangka penghasil warna kuning muda, kunyit penghasil warna kuning, daun teh menghasilkan warna cokelat, dan daun alpukat untuk warna hijau lumut.
Inti dari pembatikan adalah menggambar motif, menutup motif dengan lilin panas, lalu mencelup warna, melepaskan lilin melalui proses perebusan, menjemur kain yang sudah dibatik, dan merapikan kain.
Nah, sampai di sini dulu ya, tulisan berikutnya akan saya share tentang teknik ikat celup, lukis, dan membuat kain dengan motif dicetak yang lagi ngehits itu. (Yenti Aprianti)
Subscribe to:
Posts (Atom)